Mie Pangsit

Jangan pernah berpikir bahwa mahasiswa di Kairo kerjanya cuma bisa ngaji dan kuliah. Padahal sesungguhnya ada banyak potensi yang muncul ketika seseorang sampai di bumi para nabi ini. Salah satunya adalah kemampuan memasak yang dulunya biasa saja, bisa berubah menjadi luar biasa (berbakat jadi koki).

Jangan tanyakan tentang resep-resep masakan apa saja yang sudah dipraktekkannya, bahkan resep yang belum dipublikasinan di acara masak-memasak di televisi pun sudah pernah saya coba. Sebenarnya hasil masakannya tergantung dari kemampuan isi dompet juga, kalau misalnya isi kantong lagi tebel, maka masakan bisa jauh lebih enak (enak menurut gue) dan menunya juga jauh lebih banyak. 3 menu sekali makan udah terbilang istimewa, diantaranya Nasi, sayur, lauk. kalaupun ingin menjadi Special maka cukup ditambahi dengan lalapan daun pintu, eh maksudnya dedaunan ato timun dan tomat.

Back to Topic. Nah, kalau dalam kondisi lagi kere (keseringan kere sih sebenarnya) menu biasa, bisa gue ubah menjadi menu luar biasa. Contoh paling simpel dan paling irit adalah mengolah telur menjadi berbagai macam cita rasa. Tentu tidak asing lagi jika telor yang diolah pasti ujung-ujungnya menjadi telor dadar, telur mata sapi, telur rebus, yang tentu ketiga rasa tadi sudah sering kita nikmati.

Berangkat dari sinilah resep baru mengolah telor menjadi rasa yang lebih ganjil. Saya katakan ganjil karena tidak bisa dikategorikan sebagai enak, secara pernah diperaktekin, ternyata sebagian teman yang mencoba hasil resep tersebut justu malah muntah-muntah.

Abis muntah-muntah kemudian salah seorang dari mereka bertanya:

"tadi goreng telur apaan sih? telor ayam apa telor kambing?"

Tanyanya masih dalam keadaan tidak stabil sehabis memutahkan semua isi perut-nya.

"loh, tadi saya kasi telor ayam di dadar campurannya garam (kebanyakan), merica, ketumbar"

Saya mengucapkan itu dengan nada polos dan tampang seperti orang tidak bersalah sama sekali.

"Pentes kamu nggak ikutan makan telurnya, kenapa harus pake ketumbar segala?"

Menahan emosi yang sudah berkumpul di telinga kanan dan kiri yang memerah. Gw tau dia nggak tega nyakitin gw, oleh karena wajah gw waktu itu gw setiing se-melas mungkin.

"oh tuhan ampunilah dosa hambamu ini, bukan maksud untuk meracuni mereka, saya hanya ini mereka sadar kalo saya nggak pinter masak seperti mereka".

***

Lain cerita mengolah telur, lain cerita mie pangsit yang gagal berevolusi. Kisah ini sebenarnya terjadi waktu saya masih tahun pertama di Kairo (sama seperti kisah telor tadi). Bertepatan dengan hari Idul fitri. Sebagai seorang perantau amatiran, saya tergolong nggak tau apa-apa, tapi selalu mencoba untuk sok tau untuk mengetahui segala hal, Termasuk Bereksperimen dalam memasak.

Ceritanya sehabis pulang dari shalat idul fitri, kita serumah benar-benar sudah mencapai stadium akhir dalam batas kelaparan. Ditambah musim dingin yang mencapai belasan derajat betul-betul sempurna membuat wajah saya yang item manis kala itu menjadi abu-abu karena pucat (item campur putihkan hasilnya abu-abu kan). malah yang ada jadi teringat lebaran di kampung. Biasanya abis pulang dari shalat idul fitri, maka 7 rumah harus saya singgahin untuk salam-salam termasuk menyikat menu-menu makanan tetangga. Jangan ditanya udah berapa kali saya melakukan hal memalukan itu, justru sudah menjadi hal yang mendarah daging.

Saya rasa untuk menyambut hari istimewa ini, boleh dong sekali-kali kita merayakannya dengan menu istimewa juga. Masa tiap hari makan telur dan sambel termasuk hari istimewa dengan menu yang sama. Sekali-kali kita harus memanjakan diri, jangan terbiasa hidup melarat, nanti jika kita jadi orang kaya malah jadi kesulitan untuk menyesuaikan diri, secara dari dulu hidup melarat terus.

Maka diputuskanlah menu istimewa itu, jadinya mie pangsit ala Cairo (emang ada..?). Sebenarnya tak satupun yang mengerti gimana cara membuat mie pangsit, malah salah seorang tidak mengerti apa itu mie pangsit, yang ia tau hanya wangsit, karena sebelum berangkat ke Mesir, ia sempat menerima wangsit dari kakeknya

"bahwa jika kamu sampai di Mesir, jangan langsung mandi..!".

Wangsit aneh....

Setelah semua bahan tersedia, maka dimulailah experiment gila tersebut. Dengan pengetahuan pas-pasan, saya sebagai tukang potong-potong bahan, dan 2 orang teman bertugas masing-masing memasak mie, merebus air, dan membuka daging kaleng. Setau saya sih yang namanya mie pangsit itu pake daging ayam, tapi di karenakan penjual daging ayam lagi tutup karena semua pegawainya mudik, maka diputuskan memakai daging bif (daging sapi yang sudah di cincang halus, dan dikalengkan).

Dalem hati saya yakin hasilnya pasti nggak akan menjadi mie pangsit, tapi karena perut yang makin menggila tak sabaran, akhirnya yang ada maka itulah yang akan terjadi (ngerti nggak?). Mulailah semua bahan-bahan tadi tercampur dengan begitu gamblang dan sempurna. Sempurna dalam artian tak sedikitpun keraguan di hati untuk mencampur apa yang ada di dekatnya dan di atas meja. Prinsipnya apa yang bisa tercampur dan selama itu halal untuk dimakan, kenapa tidak kita campur saja. Prinsip yang membunuh...!!

30 menit proses berjalan lancar. tak ada protes dari berbagai kalangan, dikarenakan semua sudah tak berdaya. Acara makan-makan pun dimulai, Semua berjalan tanpa ada protes yang berarti. Bahkan ide awal untuk membuat mie pangsit pun tak terdengar lagi. Semua sudah tenggelam dalam imajinasi perut mereka masing-masing. Dan hari itu saya baru sadar dan percaya akan sebuah ungkapan "lapar adalah obat nafsu makan paling manjur, dan lapar akan membuat semua terasa lebih enak". :lol:

Barusan nemu tulisan gue yang aneh di folder...

6 Komentar:

  1. Prisya Dhiba Ramadhani mengatakan...

    mie ayam bakso pangsit, one of my favourite dishes :)

    kmrn baru aja makan itu, tapi kalo abang yg masak, yah.. harus siap2 IBS ya kayaknya, hahaha :peace:

  2. Unknown mengatakan...

    ^^
    ;)

    belajar mmgmeko, krn gadis2 skrg sdh tak pintar masak hahah,,,,(penindasan suami)

  3. Unknown mengatakan...
    Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
  4. Unknown mengatakan...

    ramadhani: ait, tunggu dulu.. gimana kalo ternyata masakannya enak dan nggak bikin IBS..?

    may: hahaha.. jangan2 ini kartu ta nah..? iyyah istri skrang jarang ada yang pinter masak, pinternya minta duit doang buat belanja.. aih..*pembunuhanGGG**

  5. Prisya Dhiba Ramadhani mengatakan...

    wah kalo gitu 4 jempol buat yg masak :D

    suka kalimat kak mayya: penindasan suami, ya ampun, hahaha

  6. -=-IpanG-=- mengatakan...

    siip, 4 jempol. janji yah..!

    aih, ciri2 istri yang berpotensi menindasi suami ini..hahahaha