Flashback


Akhir-akhir ini saya memang rada malas buat nulis. Tapi “alhamdulillah” masih tetep jadi badut status (baca;rajin nulis dan ganti status) FB, twitter dan YM. Sebenarnya, kemarin saya sudah menggebu-gebu buat posting di blog usang ini.

Sayangnya, internet gue error seharian kemarin. Jadilah nggak bisa posting, tapi rada gue, bukannya pagi-pagi waktu bangun lansung nulis, eh, malah asik nonton film Jagad X Code, padahal ntuh film udah belasan kali gue nonton. Entah kenapa nggak kunjung bosan juga (sebenarnya gue bosen juga sih, tapi karena ada Tika Putri, yah.. gitu deh..) :P

Kemarin tanggal 10-10-2009. Hari itu tepat 5 tahun saya di negeri debu ini, negeri para nabi kata orang, negeri kinanah kata temen, negeri Musa, Fir’aun, dan tante cantik Cleopatra. Terserah mau menyebut apa, yang pasti tanggal 10 kemarin adalah simpul dari 5 tahun hidup saya di negeri yang sangat indah ini.

Saya jadi teringat perjalanan dari Jakarta sampai ke Egypt. Mulai berangkat dari rumah, dianter ke bandara oleh keluarga. Kemudian “transit” di jakarta selama sehari semalam.Saya katakan transit, karena memang tidak bisa benar-benar menikmati ibu kota itu, tapi alhamdulillah masih sempat melihat ke Monas sebelum melihat Piramid. Soalnya bakal malu banget kalau Piramid udah liat, tapi monas belom pernah liat.

udah liat Piramid?”

udah

udah liat Monas?

belom..”

lah, Piramid udah liat tapi monas belom. Kamu orang Indonesia apa bukan sih?”

Makanya saya bersyukur sekali bisa liat monas (meski waktu itu sudah mulai beranjak petang, jadi hanya poto dari kejauhan aja) sebelum melihat Piramid yang besarnya luar biasa dan bikin saya berpikir konyol:

gimana cara bikinnya? Waktu itukan belom ada alat berat

Padahal jika ingin berpikir secara rasional saja, sesungguhnya orang jaman dahulu lebih luar biasa dari orang jaman sekarang yang semua keperluannya dilakukan oleh alat bantu yang disebut mesin. Dan orang jaman dulu, untuk membangun Piramid yang besarnya seperti gunung itu tidak membutuhkan alat berat 1 pun. Padahal satu batu yang dia susun menjadi Piramid, beratnya bisa sampai 2 ton.

Jam 1 malam pesawat Kuwait Airlines take off dari bandara Soekarno Hatta. Tepat 5 tahun kemarin saya meninggalkan negeri tempat saya lahir. Negeri tempat saya menggantung cita-cita saya lebih tinggi dari langit, berharap Allah bisa melihat impian, harapan dam imajinasi saya.

Dan tepat 5 tahun saya tiba di negeri yang luar biasa ini. Luar biasa karena terkadang saya lupa bahwa saya ini orang Indonesia, bukan orang Mesir. Bahkan terkadang lupa bahwa tim sepak bola yang harusnya saya banggakan adalah TIMNAS Indonesia, bukan TIMNAS Mesir sambil ikut berteriak-teriak riang dengan Hebah, gadis mesir yang sangat fanatik extreem dengan TIMNAS mesir.

Tapi kan TIM Indonesia tidak ikut piala dunia U 20 kemarin...

5 tahun kemarin untuk pertama kalinya saya luntang lantung di airport Kuwait selama 6 jam. Selama transit, kita (saya dan teman) harus rela baring di kursi-kursi tunggu airport, sambil ngomong pake bahasa Ingris yang belepotan dengan orang India yang mau Doha.

Dan kamu tahu, disitu pula saya benar-benar kelihatan tololnya. Dengan santai saya bertanya dengan bahasa ingris yang belepotan:

mau kemana mister..?

Kebelutan orang India itu adalah pasangan baru menikah (padahal udah tua loh)

mau ke Doha

ooh, Doha itu daerah jepang kan?

Dalem hati si India itu pasti bilang gini

hah, sejak kapan Doha pindah ke Jepang? Heran sama anak-anak Indonesia ini, kok bisa sampe ke luar negeri? Padahal Doha aja nggak tahu. Trus udah hidungnya pesek, sok tahu pula

Jika saya tidak sok tahu, saya tidak akan pernah tahu bahwa ternyata Doha bukan nama daerah di Jepang melainkan Doha adalah Ibu kota Qatar.

To be continue..
(
cape ngetik..)

1 Komentar:

  1. atik a.k.a noe mengatakan...

    repost gan..wkwkkwkw

    hei banci status FB.. itu pic lu ya pas di monas..