Kemarin ada satu kejadian yang sangat menarik yang terjadi, jadi ceritanya begini.

Sudah seminggu gas(untuk kompor gas;masak) habis. Jadi selama seminggu itu teman-teman termasuk aku-lah, numpang makan di rumah teman(hal biasa yang terjadi pada mahasiswa). Ada dua hal yang membuat saya dan teman serumah numpang makan;

Di rumah lagi kehabisan gas.

Saya dan teman serumah lagi pada KERE.

Jadilah kami serumah numpang makan di rumah teman(he..kasihan).

Tapi ternyata lama-lama kami juga nggak enak sama teman, akhirnya pagi itu kami serumah kelaparan. Bukan karena nggak ada yang bisa di makan, tapi karena nggak ada gas yang di pakai masak(sekedar info, disini nggak ada kompor minyak tanah). Beras ada, ikan juga ada tapi gas nya yang nggak ada(nah loh…, pake apa masaknya).

Akhirnya pagi itu aku jadilah saya dan teman serumah ber-gerilya mencari, siapa tahu ada uang tercecer atau apalah namanya yang bisa di pakai buat beli gas. Buka dompet masing-masih, paling banter isinya 50 piester, sedangkan harga gas 7 pound. Nah kalo cuma ada 50 piester berarti kurang 6 pound 50 piester. Nah selebihnya itu ngambil dimana???. Semua berkumpul di atas ranjang sambil mikir kira-kira dari mana kami bisa ngambil uang untuk mencukupi.

"Ipul kamu ada uang nggak?" tanyaku kepada Ilham

"Nggak ada" jawabnya singkat

"kalo kamu Cupu"

"ada sisa uang tadi malem 1 pound 50 piester" jawabnya sambil menyerahkan uang yang di pegangnya.

"kalo ilham ada uang nggak" tanyaku kepada kedua teman serumahku.

"Tanya aja sendiri, Ilhamnya ada di dalam hammam(kamar mandi)". Jawan Cupu.

"aku sendiri hanya punya uang 50 piester" ucapku lemas.

Aku beranjak dari ranjang, kemudian melangkah mendekati hammam dan mengetuk pintunya. Dari dalam terdengar suara;

"hem..ada apa" Ilham menyahut dari dalam

"Ilham kamu ada uang nggak" tanyaku

"liat di dompet" jawabnya

Perasaan sedikit gembira, semoga aja ada uang anak yang satu ini, harapku

"di mana dompetmu"

"ada di celana jeans yang tergantung di belakang pintu" jawabnya memberitahukan temapat dompetnya

Kubuka pintu kamar dan melihat ke belakang pintu, ada celana jeans hitam tergantung, di saku belakangnya ada dompet hitam. Kuraih dompet tersebut

"lumayan tebal, semoga ada uangnya aja" ucapku dalam hati

Sambil memegang dompet tersebut aku kembali duduk di atas ranjang tempat tidur sekaligus sebagai tempat musyawarah. Kudua temanku masih di situ mirip patung tak bergerak sedikit pun. Mungkin lagi mikir gimana cara dapetin uang buat beli gas.

"Ok jack, kayanya Ilham ada uang neh"ucapku kepada kedua temanku tadi

Saya tahu mereka juga berharap seperti itu, keliatan banget dari wajahnya yang sangat berharap becampur melas.

Kubuka dompet tersebut, ada foto perempuan memakai jilbab pink aku yakin itu bukan foto pacarnya, yah.. karena keliatan banget kalo umur perempuan berjilbab itu sekitar 40 an berarti ibu atau paling tidak kakaknya atau memang kalau bukan kakaknya berarti neneknya(loh…?) iya soalnya fotonya diambil ketika neneknya masih kuliah(he….).

Kucari terus di mana letak uang yang dikatakan Ilham tadi, tapi tak kunjung ketemu juga. Semua saku-saku kecil yang ada di dalam dompetnya sudah aku pleteri tapi tak ada juga uang yang di maksudkan tadi.

"ah… mending di keluarkan aja semua isinya, siapa tahu ada di antara lipatan kertas yang ada di dompet ini" ucapku kepada kedua temanku.

‘keduanya mengangguk tanda setuju’

Akhirnya aku keluarkan semua isinya. "Macam-macam juga isinya nih dompet" ucapku dalam hati. Ada foto banyak sekali(ini dompet apa album foto he…?).

"anjrit…!"serapahku

"nggak ada uangnya, lah ilham tadi ngomong ada, yang ada Cuma kertas doang" omelku

Ilham yang mungkin mendengar dari dalam kamar mandi membuka pintu kamar mandi, sambil mengeluarkan kepalanya yang masih berbusa(sedang keramas) dari dalam kamar mandi;

"oi...sorry coi, aku baru ingat kalo uang yang 3 pound kemarin abis aku pake buat nge-net tadi subuh.

"dodol… kalo tau gitu ngapain ngutak-ngatik dompetmu yang isinya Cuma kertas doang" ucapku mambalas ucapan Ilham tadi.

Ilham Cuma nyengir mirip gorilla, terus melanjutkan aktifitasnya(keramas. Nih anak jadwal mandinya sekali dua hari, terus jadwal keramasnya 2 kali sebulan. Makanya ketombenya banyak, mirip salju aja).

Nah sekarang saya tambah pusing. Nggak ada uang sama sekali, perut juga udah komat-kamit mirip mantra dukun.

"beset… dah, kok nggak ada yang punya uang seh"ucapku kepada kedua temanku

"ya…emang nggak ada, kalo ada kan dari kemarin kita beli gasnya"ucap saiful

"ya udah.. kita cari uang, kali aja ada yagn tercecer di lembaran buku, ato di bawah karpet(loh…), ato di mana kek tempat kita sering nyimpen duit tapi lupa" ucapku kepada keduanya.

"ok… kita mulai kerja"

Pencarian pun di mulai, uang lima piester, sepuluh piester, dua lima piester dikumpul. Tak ada tempat yang luput dari penggeledahan ketiga manusia KERE tersebut.

‘ah…dapet dua lima piester"ucap saiful

"ada juga nih sepuluh piester"ucap cupu

Semuanya berjalan, pencarian masih terus berlanjut, ilham yang keluar dari kamar mandi heran melihat tingkah laku kedua temannya yang tiba-tiba berubah menjadi kucing(nyari uang di kolong ranjang).

"nyari apa she"Tanya ilham

"nyari rezki, kali aja ada di kolong ranjang" ucapku kepada ilham sambil menghitung uang recehan tersebut. Saiful menarik tas pakaiannya, mengeluarkan semua isi nya, ada suara bunyi recehan dri dalam.

"ha… dapet"kata saiful

Tapi ketika di keluarkan,

"bego…uang rupiah semua"sambil tertawa.

Pencarian berlanjut selama kurang lebih sejam, dan hasilnya,

"tujuh pound sepuluh piester, terdiri dari macam-macam uang mulai yang kertas sampe yang logam. Mulai dari yang masih mengkilat sampe yang udah karatan. Semua dikumpulin jadi satu.

"nah..sekarang kita bisa beli gas"ucap cupu gembira

Teng…teng…teng…(suara tabung gas dipukul tanda penjual gas). Aku berlari keluar rumah, mencari asal suara tersebut, masuk lorong sekitar 200 meter dari rumah, sekitar 100 meter dari hadapanku sebuah mibil truk dengan seorang pemuda di bak belakang memukul tabung gas.

"nah tuh gasnya…"ucapku sambil memulai langkah seribuh.

mobil itu berjalan pelan, meninggalkanku di belakang yang lari, ngejar dengan nafas ngos-ngosan plus dengan perut laper(komplit buat pingsan).

"ya… ambuba(gas)"teriakku kepada pemuda yang duduk di bak belakang mobil tersebut. Eh.. dianya cueq aja, ato emang mungkin nggak denger. Mobil terus berjalan pelan sedangkan aku masih terus berlari mirip flas(film kartun), yang makin ngos-ngosan.

‘ya…ambuba" teriakku lebih kencang. Si penjual gas berbalik. Mobil berhenti, aku pun berhenti lari, berjalan pelan mendekati mobil tersebut.

"ais ambuba?(mau beli gas)"tanya penjual gas tersebut kepadaku

"aiwa(iya)" ucapku pelan dengan nafas yang masih ngos-ngosan mirip banteng yang lagi marah. Aku berjongkok, mencoba mengatur nafas lebih baik.

"ais kem(mau berapa)"

"wahdah bass(satu saja,emangnya saya mau beli berapa kompor gas dirumah saya Cuma satu kok)"omel ku dalam hati.

Orang mesir emang hobi nanya-nanya, meski mereka tau masih juga nanya(maraja kutana makurang pahang).

"sakin fen(dimana rumahmu)" menanyaku untuk mengantar gas.

"fi uddam hunak(didepan jalan itu)’sambil menunjuk kedepan.

Mobil itu berjalan kearah rumahku, dan berhenti di depan apartemku.

"daur kam?(tingkat berapa)"Tanya penjual gas situ kepadaku.

"ardiah bas ya ammu(lantai satu kok)"ucapku sambil menunjuk apartemenku.

Sambil mengakat tabung gas memasuki rumah. Ketika didalam rumah dia mengganti tabung gas yang baru saja di beli. Selesai sudah di pasang semua sekarang ammunya udah mau pulang.

"bi kam(berapa harganya)"tanyaku sembil berharap semoga hanya tujuh pound.

"tsamania gine(delapan pon)"jawabnya singkat

Kami kaget, sambil berusaha berpikir ngomong apa nih nanti kalo cumin punya uang tujuh pound. Saeful,cupu, ama ilham berdiri disamping ku. Mereka masing-masing memegang uang recehan yang baru dikumpulkan tadi.

"ya…kapten mumkin sabea bass, di ahir fulus wallah(bisa nggak tujuh pound saja, ini uang terkhir kami demi Allah)’ucapku jujur kepada penjual gas tersebut.

Sambil berpikir keras, keningnya bolak-balik naik turun. Dan menjawab;

"aiwa masyi(ya..baiklah)"jawabnya dengan sedikit pasrah.

Ketiga temanku menyerahkan uang recehan itu. Semua di serahkan kecuali sisa sepuluh piester tadi. Eh…langsung saja tukang gasnya ngomong;

"edah…ya..syabab(apa ini)"sambil menunjuk uang recehan yang ada di tangannya tanda heran. Aku tau dia mau marah tapi tertahan dia jug amau tertawa melihat tingkah laku kami. Aku kemudian memberikan penjelasan kepada tukang gas tersebut;

"aullaq haga, keda akhir fulus, mafis fulus tani illa asyarah kers,enta aus siada asyarah kers?(saya beritahu kamu sesuatu, ini adalah uang terakhir kami tidak ada lagi uang lain kecuali 10 piesterkamu mau tambahan 10 piester?" jelasku kepadanya.

"la halas(tidak ini saja)"ucapnya sambil mengangkat tabung gas kosong kemudian bersiap berlalu pergi.

"syukran ya kapten(terima kasih wahai pemuda)" sambil berjabat tangan dengannya, sebenarnya tangannya kotor banget tapi nggak papa deh itung-itung tanda terima kasih. Dia menyimpan uangnya dikantong kemudian berlalu pergi keluar rumah. Setelah menutup pintu kembali, semua teman-teman terdiam di tempatnya diruang tamu. Tak ada yang berbicara termasuk aku. Dan tiba-tiba semuanya tertawa. Dalam hati ini adalah pengalaman menarik yang pasti akan aku ceritakan kepada anak-anakku kelak. Mereka semua harus tau kalo hidup ini adalah perjuangan. Makanya jangan menyerah…

"fan… dari jadwal yang tertempel kayanya waktu kamu deh yang masak"ucap cupu memperingatkan kepadaku.

"anjrit….aduh cape banget neh tadi lari, please deh masak bareng ya, biar agak ringan"ucapku memelas kepada ketiga temanku.

"ok kalo gitu kita masak bareng aja"ucap ketiganya

Ok deh… akhirnya jadilah kita makan dirumah sendiri, nggak nebeng dirumah teman. He…..(sorry jangan masak pedas-pedas sobat aku nggak bisa makan yang pedes nih)

He….

0 Komentar: