Aku dan Orang Gila itu

Anda tau apa perbedaan antara " seperti orang gila, memang gila dan seperti orang waras". Yah, mungkin perbedaannya bisa kita lihat dari sudut ini. "seperti orang gila" artinya orang tersebut berperilakuan seperti orang gila padahal aslinya adalah orang waras. Sedangkan "memang gila" artinya orang yang gila sekaligus benar2 bersikap gila (real gila), dan "seperti orang waras" artinya berperilaku seperti orang normal tapi aslinya adalah gila. Maka harusnya anda berhati2 ketika mengatakan kepada teman anda bahwa dia "seperti orang gila" dan bisa jadi anda "seperti orang waras".

Jangan bertanya kenapa sih postingan saya kali ini berbicara tentang ke-gila-an? Yah, karena hari ini saya akan bercerita tentang orang2 yang seperti orang gila padahal sebenarnya hanya kurang waras saja. Hari ini saya berangkat ke kuliah pukul 10.30 pagi. Mungkin tidak bisa dikatakan pagi lagi, karena matahari sudah terik dan panas sekali. Tetapi hari ini ketika saya menyapa temen pukul 11.00 (berarti lewat 30 menit) saya masih mengatakan "shabahal khaer" artinya selamat pagi, jadi masih bisa dong saya katakan saya berangkat pagi hari.

Sebenarnya sudah nggak ada kuliah minggu ini, dalam artian sudah masuk minggu tenang menjelang ujian. Padahal justru minggu2 sekarang yang paling menegangkan dan paling tidak tenang, karena ujian makin dekat. Harusnya minggu2 tenang itu berlangsung 2 bulan sebelum ujian. Jadi sebenarnya siapa sih yang ngasih istilah minggu tenang pada masa2 deket ujian?? Sepertinya salah memberikan istilah.*pusing*.

Dari el-sahrah station, saya berangkat ke kuliah dengan bus 65 kuning, bukan dengan bus 80coret karena busnya emang nggak ada (gitu aja kok repot). Tapi nggak masalah kok, soalnya busnya juga nggak lama banget nunggu di station-nya jadi begitu duduk bentar jalan dech. Sampe di Madrasah station beberapa penumpang naik. Ada orang mesir, Indonesia dan beberapa orang kulit hitam. Aku nggak tau dia naik di mana, yang jelas saya baru tau kalo dia ada di dalam bus ini juga ketika dia duduk disamping saya. Btw dia itu siapa sih??? Dia itu adalah orang yang yang akan kita bahas.

Tapi sebelum cerita saya makin panjang, saya mohon kepada anda2 pembaca yang budi-man bahwa saya bercerita bukan untuk mencela, tapi hanya ingin mengajak kepada semua untuk saling menjaga perasaan sesama manusia.*maksud lu* oke saya lanjut cerita nih.

Selama 2 tahun terakhir ini saya sering melihat orang tersebut. Ketika saya berada dibilangan H10 (baca;hay asir) saya kerap menjumpainya disudut2 imarah duduk bersadar sambil memegang tongkatnya. Dan sampe sekarang dia duduk disamping saya, nggak ada perubahan sedikit pun sejak pertama kali saya melihatnya 2 tahun kemarin.

Oke pemirsa saya akan menceritakan ciri2nya. Orangnya udah tua, jenggotnya sampe udah putih. Baju yang dipake juga masih itu2 dari dua tahun kemarin dan warnanya?? Ah, warnanya nggak usah dibicarakan lagi sudah jelas kusam sekali bahkan sudah termasuk lingkungan kata kotor. Dari mulutnya terus mengeluarkan air liur, bau-nya aduh jangan dibicarain dech minta ampun dan cuma satu teman setianya yaitu tongkat yang lumayan gede itu juga kalo mau dimasukin dalam kategori tongkat.

Dan anda pasti tau apa yang terjadi ketika dia duduk disamping saya. KAGET. Tepat sekali saya kaget sampe minta ampun segala. Nggak tau salah saya apa pagi ini sampe harus menanggung beban seberat ini (duduk dengan orang gila) aih… dan tentu saja dia disamping saya dengan ciri2 lengkap seperti diatas yang barusan saya ceritakan.

Tunggu tapi sejak dia duduk disampingku ada beberapa keajaiban yang terjadi. Keajaiban pertama yang terjadi adalah biasanya orang gila itu nggak punya duit. Makan-nya aja dari pemberian orang lain tapi yang satu ini yang duduk disamping saya nggak ding. Dia punya duit buat bayar uang bus.

Gila, mungkin hal yang wajar kita dapatkan jika ada orang gila yang naik bus dan nggak bayar mobil itu wajar, tapi kalo orang gila-nya bayar mobil??? Saya kadang menjumpai orang mesir yang ribut2 di mobil hanya karena dia nggak mau bayar sewa mobil karena jarak dekat atau beberapa masalah lainnya. Nah, kalo gini orang yang dianggap gila aja bayar sewa bus, jadi siapa sebenarnya yang gila? orang gila itu tapi bayar sewa bus atau orang yang merasa waras tapi nggak mau bayar uang bus???

Sebelum ceritanya saya lanjut; "om bisa buka jendela dikit, biar anginnya masuk" saya agak terganggu juga nih ama bau nggak sedap ini. Tapi mari kita saling menjaga perasaan. Kalo misalnya saya pindah tempat otomatis orang yang disamping saya ini bakal tersinggung berat dan merasa kalo saya nggak enak duduk ma dia (padahal emang nggak enak) tapi kita jangan begitu. Bertahanlah sampe tetes darah penghabisan. Bau itu bagian dari seni ipang.

Oke cerita saya lanjut. Keajaiban kedua yang saya dapet dari orang yang duduk disamping saya ini adalah dia bisa ngomong sendiri. Loh bukannya orang gila emang ngomong sendiri?? Iyyah tapi ini lain dari yang lain. Dia ngomong dengan serius dan dengan mimik tangan diangkat2 seperti orang yang lagi orasi. Ah, saya juga kadang ngomong sendiri di kamar ato kalo lagi mandi kadang ngobrol sendiri. Jadi kalo misalnya ukuran ke-gila-an seseorang diukur dari segi ngomong sendiri, wah saya bisa masuk kategori dong atau setidaknya hampir semua orang di dunia ini pernah ngomong sendiri. Jadi kalo gitu banyak ternyata orang gila di dunia ini. Dan orang waras begitu sedikit.

Keajaiban ketiga. Waktu itu saya duduk sambil baca2 buku yang bakal di-ujian-kan dalam waktu dekat ini, sambil dengerin musik dari iPod-ku. Dan aku baru nyadar ketika dengan tidak sengaja saya melihat tangan "dia" bergerak2 mengikuti irama musik iPod-ku, padahal waktu itu saya memankai earphone (bener ngak tulisannya). Saya tiba2 kepikiran begini waktu itu. Apa dia mendengar lagu yang lagi aku dengarkan ini? kalo tidak denger kok bisa ketukan tangannya sesuai irama musik yang lagi saya dengarkan ini? tapi kalo dia benar2 dengar, sungguh luar biasa! Suara sekecil ini dengan paduan suara bising-nya mesin bus, dia masih bisa mendegarkan dengan jelas.

Saya jadi ragu kalo dia benar2 gila ato hanya pura2 gila?? Kalau begitu saya rasa orang yang duduk disamping saya ini lebih sedikit sehat disbanding dengan wakil rakyat kitam yang kata orang tempat menyampaikan suara kita. Tapi kok malah wakil rakyat itu nggak denger ma suara yang begitu nyaring kita teriakkan padahal dia nggak gila. Jadi kalo gini, sebenarnya sekali lagi siapa yang gila; orang yang duduk disamping saya ato wakil rakyat yang tidak mendengarkan jeritan nyaring kaum alit (baca;kecil).
Ah… persetan mikirin itu, lagian juga wakil rakyat itu nggak pernah memperdulikan nasib saya, apalagi orang2 seperti disamping saya ini.

Bus sudah masuk kawasan sekitar al-azhar tunnel. Tapi tunggu, saya benar2 sudah nggak tahan dengan bau yang tidak mengenakkan ini. Dan dengan berat hati tapi benar2 pengen pergi, saya meninggalkan tempat duduk saya disamping dia. Dengan alasan pura2 berdiri dan siap untuk turun. Tapi sebenarnya saya berdiri kemudian mencari tampat duduk, Kalo pun nggak dapet nggak papa juga soalnya bentar lagi saya juga turun kok. Dan ada satu hal yang menarik yang terjadi lagi. Saya memang ninggalin tempat duduk disamping dia, tapi ternyata dia juga pindah tempat duduk ke depan.

Dan anda tau dia pindah ketempat duduk mana? Dia pindah ketempat duduk disamping salah seorang mahasiswa Malaysia? Kok dia nyari temen duduk orang asia sih? Yang jelas laki2 mesir yang duduk di belakang pemuda Malaysia itu tertawa ngakak. Kenapa orang gila itu tidak duduk disamping orang mesir itu aja sih? Nggak tau tuh. takut ditabokin ma orang mesir kali. Jadi dia duduk dengan orang asia aja, kan orang asia itu terkenal ramah apalagi orang Indonesia ama Malaysia, meski dalem hati dia ngomel2 nggak karuan. Dan saya tau apa yang lagi bekecamuk di dalam hati mahasiswa Malaysia tersebut, pasti ngomong gini "awak punya dosa apa keh?" sambil ketok2 kepala. Sedangkan saya sudah berdiri manis di pintu belakang mobil dengan senyum sumringah "sabarlah kawan, dia itu berkah untukmu".

0 Komentar: