Family is Everything

Aku tulis untuk ayah, ibu, saudaraku, sahabatku..
Kalian semua adalah keluargaku..

10 tahun sudah aku meninggalkan rumah. Merantau mencari hidupku sendiri. Jujur jika kalian bertanya kepadaku:
"siapa yang paling aku rindui..?"
Maka aku akan menjawab:
"Ayah ku yang bijaksana, ibuku yang penuh cinta dan saudaraku yang sangat aku sayangi"

Mereka bukan hanya sekedar keluarga yang melahirkan, merawat dan menemani aku. Tidak, mereka lebih dari itu. Mereka adalah hidupku, masa depanku, dan cita-citaku.

Aku ingin bercerita dimana ketika pertama kali hati dan pikiranku mulai bisa mengingat setiap apa yang terjadi dalam hidupku. Orang yang pertama kali ada dalam ingatanku adalah ibu dan ayahku. Aku masih ingat, ketika aku masih TK, ibu selalu menyiapkan bekal sebelum aku berangkat. kebiasaan itu terus berlanjut sampai aku menginjakkan kaki di SD, bahkan sampai aku ketika aku harus sekolah ke pesantren, tiap kali aku pulang liburan, ibu akan selalu menyiapkan bekal untuk aku bawa ke asramaku nanti.

Sedangkan ayah, ah laki-laki ini selalu membuatku bersemangat. Dari senyumnya aku bisa merasa menjadi anak paling beruntung di dunia. dari dehem-nya di pagi hari aku merasa bertenaga lebih untuk memulai apapun hari itu. Dia lebih dari support, dia adalah kekuatanku.

Dulu, ketika suatu malam mainanku rusak. Sudah ku utak atik sampai semua tak berbentuk, pun tetap tidak menjadi lebih baik, malah bertambah hancur. Akhirnya ku tinggalkan mainan itu untuk tidur dengan perasaaan jengkel dan dongkol. Pagi hari, setelah aku terbangun, aku mendapati mainan itu sudah baik kembali, bahkan tak berlebihan jika aku mengatakan, ini jauh lebih baik dari sebelum rusak sama sekali. Aku bertanya ke ibu:
"siapa yang memperbaiki mainanku ini?"
"ayahmu yang memperbaiki semalam sesaat dia pulang. Dia melihat mainan itu tergeletak di pinggir kursi" jawab ibu dengan tersenyum.

Di samping mainan itu, ada gelas bekas kopi dan puntung rokok di asbak. Aku mengerti sekarang, aku benar-benar mengerti.

Meski aku tau ayah begitu letih seharian bekerja, tapi hanya dengan segelas kopi dia bisa sedikit menahan letihnya hanya untuk memperbaiki mainan yang tak berbentuk itu hingga menjadi baik kembali. Mulai saat itu, aku tak pernah lupa apa yang sudah ia berikan kepadaku, apa yang sudah ia usahakan untuk kebaikanku. Aku menulis itu semua di dalam hatiku. Aku begitu mencintai kalian (ayah dan ibu).

0 Komentar: