Preman Mesjid

Apa kira-kira yang ada dalam pikiran anda seandainya ada yang mengatakan saya di juluki “Preman Mesjid”. Yah mungkin saja anda beranggapan bahwa sebab saya di juluki “Preman Mesjid” karena saya suka nyolong sendal dari mesjid saat orang-orang lagi taraweh-an atau shalat jum’at. Atau mungkin anda berkata bahwa saya orangnya suka malakin orang di pasar tapi rajin juga ke mesjid.

Terserah pendapat anda tentang judul saya tadi “Preman Mesjid”, yang pasti saya ingin menjelaskan beberapa hal yang sebenarnya yang saya maksud dengan “Preman Mesjid”.

Sudah menjadi kebudayaan (kalau boleh di bilang), bahwa seorang “Preman” yang sering kita temukan di pasar, gang-gang, pinggir jalan, lampu merah, bus, terminal atau bahkan di WC (loh, yang suka naroh kamera sembunyi itu juga preman), semuanya itu memperlihatkan sesuatu yang jauh dari sikap sopan (emang ada ya preman sopan minta duit). Makanya sebagian masyarakat kita yang melihat seseorang yang berpakian seperti “Preman” pasti langsung saja kita ngasih stempel di jidat orang tersebut dengan tulisan “PREMAN”.

Emang ciri-ciri preman itu bagaimana bila dilihat dari penampilan-nya?. Seorang “Preman” yang sering kita jumpai di tempat-tempat tadi, kebanyakan memakai celana levi’s robek, kaos oblong, rambut gondrong, sepatu karet atau sendal jepit, badan penuh tato mirip papan tulis, gelang ama cincin gede plus anting di telinga dan bau alkohol, komplit buat ngacir (yang nulis pernah jadi preman he he he). Nah yang menjadi masalah bahwa kita terlalu gampang memberikan titel “Preman” kepada orang yang berpakaian seperti ciri-ciri tadi, padahal ada juga yang berpakaian seperti itu tapi ternyata “Preman” yang merangkap jadi remaja mesjid (nah loh?).

Ok kalau kita tidak boleh langsung menilai seseorang dari penampilan-nya, tapi seorang preman itu suka malakin orang lain. Hem kalau masalah malakin, majakin, atau nodong trus kita langsung mencap orang yang berbuat seperti itu dengan title “Preman”, lalu apa kita-kira yang patut kita namakan wakil rakyat yang ngejarah uang negara? Uang yang di ambil “Preman” tadi nggak sebanding dengan uang korupsi hasil menjarah dan menjilat berangkas negara. Apakah kita tidak ingin menjuluki mereka dengan julukan “Preman” juga, padahal nyata-nyata dia trnyata lebih sadis dari “Preman” terminal.

Kalau “Preman” terminal, bus atau apalah, mereka bisa langsung diketahui dari penampilannya. Tapi “Preman kantor”? Ha ini lebih menipu lagi. Pakian rapi, sepatu kulit mengkilat, celana licin baru selesai disetrika ama Inem pelayan seksi, pakai dasi tapi di dalam bajunya ada kalung babi, pokoknya kalo dari penampilan nggak ada wajah preman deh tapi kelakuan seratus kali lipat kelewatannya di banding preman terminal.

Tapi kan “Preman” kantor itu rajin ke mesjid, trus dikan tiap tahun haji, rajin nyumbang di mesjid, rajin tasyakuran di rumahnya trus ngundang semua tetangganya. Ha ha ha itu dia yang saya maksud dengan “Preman mesjid”. Jadi tampangnya nggak ada bekas jahitan seperti kebanyakan “Preman”, tampang “Preman Mesjid” kalem dan bijaksana. Tapi kelakuan melebihi “Preman pasar senen”. Makanya di dunia ini jangan pernah berani menilai seseoran dari tampang luar (keliatan alim), trus kita bilangnnya dia kiai! Tapi ternyata kiai uang. Begitu pula orang yang berpakaian hancur-sehancur hancurnya, terus kita katakan dia “preman”, ha ha ha hati-hati siapa tahu dia adalah wali Allah yang menyamar menjadi seorang “Preman”. Karena sebenarnyanya suatu permulaan yang dimulai dengan hal buruk bukan berarti akan berakhir buruk pula, begitu pun kebaikan tidak mesti berakhir dengan kebaikan juga. Maka berdoalah semoga saya, kau dan dia (kita), tidak menjadi seorang “Preman” pasar apalagi “Prman Mesjid”.

3 Komentar:

  1. Cempluk Story mengatakan...

    wah foto nya serem serem ya mas :) Preman masjid gak malakin orang yg keluar masuk masjid kan ??

  2. NIL mengatakan...

    inimah bukan anak preman tapi seperti pembunuh. he..he...

  3. Anonim mengatakan...