"Ahsan nas" berasal dari bahasa arab yang artinya manusia terbaik atau warga negara yang berperilaku baik, sopan, ramah dan tentu saja beriman.
Nah, inilah yang saya temui setiap kali keluar untuk jalan-jalan di belahan bumi berdebu ini. Anggap saja ketika saya mengunjungi sebuah toko buku di belakang mesjid tua yang merupakan awal dari universitas al-azhar. Yah, maksud saya adalah mesjid al-azhar.
Sepanjang jalan menuju toko buku itu, berjejer pedagang sayur ataupun daging layaknya pasar tradisional yang ada di
Setelah mereka mengetahui bahwa saya berkewarganegaraan
Kemudian setelah menyebut bahwa
Benar-benar lucu. Saya tidak tahu apa mereka benar-benra tidak tahu atau tidak sempat memperhatikan perkembangan
Atau ketika saya baru berkenalan dengan orang mesir, dan mengetahui saya berkewarganegaraan indonesia, maka ekspresi wajahnya akan gembira, sumringah kemudian dengan senang hati mengatakan "indonesia ahsan nas" dan kemudian menjabat tangan saya.
Terkadang di dalam hati saya ingin "buka kartu" dan berkata bahwa orang indonesia yang mayoritas orang islam tidaklah sebaik yang mereka maksud. Bahkan menurut saya ibukota negera mesir kairo jauh lebih tentram dibanding jakarta yang "gila"nya minta ampun.
Anggap saja ketika anda berjalan sendiri pada waktu malam di makassar. Besar kemungkinan akan ada preman atau perampok yang menodongkan pisau ke leher dan memaksa anda untuk menyerahkan semua barang yang anda miliki. Tapi hal itu justru berbeda di negeri fir'aun ini, anda berjalan pada jam 2 malam sekalipun paling tidak yang menghadang anda adalah pengemis. Meski mereka sama (sama-sama minta uang) tapi setidaknya pengemis itu tidak memaksa dan tidak menodongkan pisau keleher anda.
Itulah kenapa setiap kali saya bertemu dengan orang mesir dan dia mengatakan "andonisy ahsan nas" maka dengan senanghati pula saya akan menjawab "wa masri ummu dunya" (mesir adalah "penghulu" dunia). Meski untuk memberikan gelar itu kepada kedua negera tersebut harus dipertanyakan.