Mirip siapa ye..?

Kabut menyelimuti Kairo. Hawa dingin yang menusuk tulang serasa menjadi neraka kecil buatku. Kaca jendela basah karena embun dan kabut dingin. Dingin pada musim seperti sekarang ini bukan dingin biasa, dan juga tidak seperti dingin di eropa. Dingin kairo menembus tulang, terasa seperti jarum yang menusuk-nusuk kulit luar. Bahkan terkadang membawa penyakit demam tulang.


Kupaksakan diri untuk bangun, menyingkap selimut dan meninggalkan kasur empuk ku kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk wudhu. Jika musim dingin adalah neraka kecil buatku, tentu saja menyentuh air adalah siksaan kecil dari neraka itu. Ketika tangan dan wajahku basah oleh air, Serasa berwudhu dengan air es. Terkadang terlintas dalam pikiran untuk membeli pemanas air otomatis, tapi boro-boro buat beli pemanas air otomatis, buat makan aja susah.

Selesai shalat subuh, kubungkus kembali badanku dengan selimut tebal dan berat. Hah, inilah surga dunia, surga buat mereka yang tidak tahan dengan hawa dingin kairo yang mencapai 8 drajat. Buat saya, jika musim dingin kairo telah datang, maka hanya ada 2 tempat yang paling bagus dan mengasikkan. Pertama di atas kasur di bawah selimut dan yang kedua adalah di depan komputer (nge-net full).


Sambil berbaring kunyalakan komputer yang berada di sebelah kanan tempat tidurku. Kumiringkan badanku 90drajat, dan tanganku meraih mouse dan keyboard komputer dan menariknya masuk ke balik selimut. Inilah kegiatanku setiap pagi semenjak selesai ujian musim dingin, ber-chatting ria dibalik selimut (pekerjaan yang paling mengasikkan setelah tidur) ha ha ha...

Karena keasikan chatting eh, kelupaan kalau hari ini rencananya mau berangkat ke kantor imigrasi buat ngurus perpanjangan visa tinggal di negeri debu ini yang kemarin sempat tertunda karena sibuk ujian. Sebenarnya sih malas banget buat ngurus itu semua, alasannya karena dingin. Tapi kemudian perasaan malas itu hilang ketika mengingat seorang teman yang kemarin dideportasi karena tidak mempunyai visa. Serem...

10 Menit kemudian semua sudah siap, wajah sudah kembali cerah meski tidak sempat mandi pagi dan hanya cuci muka kemudian gosok gigi. Jika buat anda tidak mandi pagi itu adalah perbuatan jorok dan aneh, maka di Mesir hal tersebut serasa menjadi adat. Tidak mandi pagi dimusim dingin itu biasa, bahkan terkadang mandi hanya 3 kali seminggu bahkan 2 kali seminggu. Jangan berpikir badan akan bau, tidak sama sekali.


Satu jam perjalanan akhirnya sampai juga di kantor imigrasi. Perkiraanku awalnya bahwa nggak mungkin banyak orang, karena semua mahasiswa sedang menjalani ujian semesteran. Ternyata perkiraanku meleset, tetap aja orang-orang yang ngantri banyak banget. Bahkan disaat-saat ujian sekalipun, orang-orang sudah datang jauh sebelum kantor imigrasi itu buka. Sedangkan aku? Datang jam sebelas siang. Gimana bisa dapat visa...!!!

Membutuhkan sedikit keberanian untuk menyerobot sampai antrian kedepan. Jika ada yang marah dan merasa keberatan, diperlukan sedikit hukum rimba untuk hal seperti ini. Dengan sedikit keberanian dan ke-nekat-an yang luar biasa, kuserobot antrian yang sudah berjejer dari tadi pagi. Kemudian kujulurkan pasporku ke ibu-ibu karyawan kantor tersebut. Tapi anda tau apa yang aku dapat? Cacian, makian dan kemarahan yang luar biasa. Nasib-nasib, Mungkin lagi dapet tuh ibu *pake marah-marah segala* (ato mungkin lagi stress melihat jumlah mahasiswa indonesia dan malaysia yang ngantri banyaknya minta ampun).

Aku disuruh menunggu sampai paspor yang sudah terkumpul dari pagi tadi selesai dikerjakan semua. Sepertinya harus menunggu sampai beberapa jam lagi dengan kondisi berdiri di karenakan di ruangan ini hanya ada satu kursi, itupun hanya untuk polisi penjaga dan bukan untuk pengunjung. Aku kemudian mundur, beberapa pasang mata melihatku sinis dan mungkin dalam hati juga mengumpatku:
"siapa suruh tidak ngantri".


2 Jam sudah nasibku tidak jelas, perkerjaan ibu tadi belom kelar-kelar. Sejujurnya saya tidak habis pikir dengan birokrasi di Mesir, kok makin tua pegawainya justru makin disayang, bukannya malah di pensiunkan. kupandangi semua pegawai di dalam kontor imigrasi itu, hanya beberapa pegawai yang masih tergolong muda, itupun laki-laki. Sedangkan pegawai perempuan semuanya ibu tua yang umurnya berkisar 50an.

Sungguh tidak efisien untuk sebuah perkembangan birokrasi yang membutuhkan kerja cepat seperti ini. Bayangkan saja jika orang-orang tua itu terus dipasang untuk kerja ditemapt seperti ini, dengan 6jam kerja + umur sudah tua + kinerja lambat + tukang marah-marah lagi. Nanti hasilnya bisa-bisa setahun nggak selesai-selesai juga dapat visanya.


Karena tidak sabaran, kuterobos kembali antrian tersebut untuk ke dua kalinya. Kembali kulakukan hal yang sama seperti pertama kali datang tadi. Sekarang bukan kemarahan lagi yang aku dapat, tapi justru disuruh pulang.
"lah, bukannya tadi disuruh nunggu bu?" Ucapku ke ibu penjaga itu dengan sedikit nada tinggi karena jengkel.
Eh, si ibu melihat kewajahku, menatap mataku lekat-lekat kemudian berkata: "nggak liat apa, kerjaan banyak banget?" bentaknya kepadaku dan kepada beberapa orang teman yang terlambat datang juga.
"trus gimana bu?"
"usbuq' gey insya allah" ucapnya enteng kemudian melanjurkan kerjanya tanpa memperdulikanku sama sekali.

Aku melangkah keluar dari kantor itu dengan hati dongkol. Ingin rasanya membakar kantor imigrasi ini ato menaruh bom kemudian meledakkannya. Tapi apa daya, aku hanyalah seorang pendatang di negeri ini *impian yang sia-sia*.

Bus 926 jurusan Hay Sabe' berhenti di halte bus tempatku berdiri. Ada banyak orang yang memenuhi bus tersebut. Saking banyaknya bentuk bus tidak normal lagi, tapi miring ke kanan. Kupaksakan diri untuk tetap naik, aku sudah tidak tahan berlama-lama di halte ini. Sungguh pengap di dalam bus, badanku terjepit di antara orang-orang mesir. Selintas aku berpikir untuk turun saja, tapi kemudian aku berpikir kembali toh terlanjur sudah naik, turun juga pasti susah.

Jika tadi di luar bus terasa dingin sekali, sekarang di dalam bus terasa panas sekali. Aku jadi teringat sebuat tulisan dalam bahasa arab yang pernah aku baca ketika menumpangi salah satu bus bahwa "dalam kesempitan ada kenikmatan". Aku tersenyum dalam hati mengingat kata-kata itu, benar juga, jika tadi di luar terasa dingin sekali justru sekarang diatas bus dengan kondisi tergencet dan sempit justru terasa hangat.

Setelah membayar karcis bus, kumasukkan uang kembalian kedalam saku jaket. Seorang laki-laki yang jauh lebih tinggi dariku berdiri di samping dengan posisi membelakangiku. Dia melihatku, dan aku hanya melihatnya sepintas. Beberapa menit kemudian terasa ada yang meraba saku jaketku, dengan cepat kuraba saku jaket tempat uang sisa tadi kumasukkan. Hah, kancing sakunya sudah terbuka, sedangkan uangnya masih utuh tidak sempat dicopet. Ternyata laki-laki di sampingku ini copet toh *kenapa nggak bilang-bilang mas..*.

Satu tangannya berpegangan sedangkan tangan yang satunya lagi menyusup kedalam balik jaketnya tapi kemudian tembus ke luar dan meraba saku jaketku. Celakanya yang ingin dijadikan korban adalah aku, orang yang jauh lebih tau seluk beluk masalah copet-mencopet.

Kuperhatikan laki-laki itu, dia jadi salting sendiri. Mungkin karena malu dan merasa tidak enak diliatin terus, di halte selanjutnya dia turun. Aku tersenyum kepadanya ketika dia turun. Dia melihat ke arahku kemudian menunduk tanpa reaksi apa-apa. Menyedihkan sekali nasibmu "pet" (panggilan untuk copet), makanya lain kali kalau mau nyopet yah kursus dulu toh, jangan asal ngembat aja. He he he....

**(
usbuq' gey insya allah) Minggu depan insya ALLAH.

2 Komentar:

  1. Fei mengatakan...

    panjangggggggggggggggggggg banget!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

    mungkin aja si "pet" itu mau masukkan tips cara mandi di musim dingin. prasangka buruk ajah. trus belajar ngantri dong, gak malu sama bebek wakakakakakakkakakakakakakkaa.....

  2. Anonim mengatakan...

    hah.. gila, belajar mencopet mah bagusnya sama ellu, bang hahaha....