Pertanyaan sebelum memulai menulis cerita ini adalah:
"kenapa harus cerita ini..?"
Ada dua alasan kenapa gue nulis cerita ini di blog hitam ini:
1. Karena gue lagi pengen nulis cerita ini.
2. Karena tadi waktu gue di kamar mandi, tiba-tiba gue kepikiran sama cerita ini, jadilah gue tulis cerita ini aja.

Tapi sebelumnya gue pengen ngasi tau ke kalian semua, bahwa cerita ini hanya sebagai pembelajaran buat kita semua, bahwa betapa pentingnnya belajar bahasa Indonesia. Merdeka..!!!

Dahulu kala (stop, ini bukan dongeng, serius..!!). Dulu waktu masih mondok, gue sering jajan kacang garing yang masih lengkap sama kulitnya itu. Paling seneng makan kacang begitu, di samping harganya yang murah, juga karena emang paling enak buat dimakan. Apalagi makan kacang garing sambil bergossip ria,.. beuh, nggak ada tandingannya lagi dech, pastinya jadi kegiatan paling asik sedunia.

Nah sama seperti pagi itu, gue ama beberapa orang teman lagi asik makan kacang garing. Begonya gue makan di depan kantor pak kepala sekolah, dan dengan kondisi kulit kacang itu gue buang gitu, bukan di tempat sampah.

Tiba-tiba dari arah belakang gue, muncul seorang guru. Namanya pak T (inisial). Dia adalah guru sekaligus pemilik koprasi tempat gue ama teman-temen beli kacang garing itu. Gue kirain awalnya dia bakal marah melihat kelakuan kami yang mirip monyet makan kacang, tapi ternyata malah sebaliknya. Dia berkata:
"habis manis "sempat" dibuang"

Gue yang aslinya lambat loding, awalnya nggak ngerespon apa2 tentang perkataan beliau, tapi setelah 5 menit, baru gue dan teman nyadar, ternyata kata "sempat" adalah plesetan dari kata "sepah". Gue ama temen langsung ngakak sampe sakti perut. Kenapa nggak sekalian dia bilang aja tadi bahwa "habis manis "sampah" dibuang. hehehehe....

1 Komentar:

  1. aprie mengatakan...

    wakakakak..
    ada-ada aja sih ceritanya nih..